JAKARTA, POSNEWS.CO.ID – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyoroti faktor utama penyebab banjir dan longsor di Bali pada 9–10 September 2025, bencana hidrometeorologi terbesar dalam satu dekade terakhir.
Menurut BNPB, banjir terjadi di tujuh kabupaten/kota dengan lebih dari 120 titik genangan. Kota Denpasar mencatat titik terbanyak, 81 lokasi, diikuti Gianyar 14, Badung 12, Tabanan 8, Karangasem dan Jembrana 4, serta Klungkung 1 titik.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan curah hujan ekstrem menjadi pemicu utama banjir. Di Jembrana, hujan tercatat 385,5 mm/hari, diikuti Tampaksiring 373,8 mm, Karangasem 316,6 mm, Klungkung 296 mm, dan Abiansemal 284,6 mm.
Titik lain seperti Denpasar Barat, Petang, Kerambitan, dan Padangbai mencatat hujan lebih dari 200 mm/hari, sementara secara klimatologis, hujan di atas 150 mm/hari sudah termasuk ekstrem.
Dwikorita menegaskan, kombinasi faktor regional dan lokal memicu intensitas hujan, termasuk aktivitas Madden–Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby ekuator, yang bersamaan dengan kondisi atmosfer labil memperbesar pembentukan awan konvektif masif.
Selain itu, buruknya drainase, sedimentasi, sampah, dan alih fungsi lahan memperparah dampak banjir. Dwikorita menyebut, alih fungsi lahan mengurangi serapan tanah sehingga genangan semakin luas.
BMKG menegaskan pentingnya sistem peringatan dini cepat. Sejak 5 September, BMKG mengeluarkan prospek cuaca mingguan, peringatan tiga harian, dan pembaruan nowcasting setiap jam. “Dalam 9–10 September, BMKG menerbitkan 11 kali peringatan dini cuaca ekstrem untuk Bali,” jelas Dwikorita, Jumat (12/9/2025).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dwikorita mengimbau masyarakat waspada menghadapi cuaca ekstrem sepekan ke depan dengan memantau informasi resmi BMKG. Ia juga meminta warga menjaga kebersihan saluran air dan tidak membuang sampah sembarangan.
Ia menegaskan, dengan kesiapsiagaan dan mitigasi yang baik, masyarakat bisa menekan risiko bencana akibat cuaca ekstrem. (red)