Era Soloism: Merayakan Kemerdekaan di Ruang Publik

Minggu, 19 Oktober 2025 - 18:30 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi, Dari nonton konser hingga traveling, anak muda kini merangkul kesendirian bukan sebagai kesepian, melainkan sebagai bentuk pemberdayaan diri. Dok: Istimewa.

Ilustrasi, Dari nonton konser hingga traveling, anak muda kini merangkul kesendirian bukan sebagai kesepian, melainkan sebagai bentuk pemberdayaan diri. Dok: Istimewa.

JAKARTA, POSNEWS.CO.ID – Pemandangan seorang anak muda yang asyik menikmati kopi di sudut kafe, menonton film sendirian, atau bahkan datang ke konser musik tanpa rombongan kini menjadi semakin lumrah. Dulu, aktivitas seperti ini mungkin akan mengundang tatapan iba. Namun kini, pandangan itu telah berbalik 180 derajat.

Selamat datang di era soloism, sebuah gerakan budaya di mana semakin banyak anak muda bangga melakukan berbagai aktivitas seorang diri. Ini adalah pergeseran besar dari stigma sendirian itu kesepian menjadi sendirian itu memberdayakan.

Mengapa Sendirian Tidak Lagi Aneh?

Perubahan ini tentu tidak terjadi dalam semalam. Sebaliknya, pergeseran nilai dan cara generasi muda memandang dunia menjadi pendorong utamanya. Pertama-tama, di tengah tekanan hidup yang tinggi, mereka semakin menghargai waktu untuk diri sendiri. Oleh karena itu, melakukan sesuatu sendirian menjadi cara untuk mengisi ulang energi, merefleksikan diri, dan melakukan hal yang benar-benar mereka sukai tanpa kompromi.

Baca Juga :  Dialog dengan Diri Sendiri: Kekuatan Tersembunyi dari Menulis Jurnal Beberapa Menit Setiap Malam

Selain itu, generasi ini juga lebih merdeka dari validasi sosial. Meskipun media sosial menciptakan tekanan untuk tampil bersama, ia juga menumbuhkan generasi yang lebih mandiri. Akibatnya, anak muda kini tidak terlalu membutuhkan pengakuan orang lain untuk merasa bahagia. Terakhir, mereka secara aktif menolak stigma lama, menantang gagasan bahwa kebahagiaan bergantung pada kehadiran orang lain.

Pemberdayaan dalam Kesendirian

Jauh dari kata menyedihkan, melakukan aktivitas solo justru menawarkan serangkaian manfaat psikologis yang kuat. Salah satunya adalah peningkatan kepercayaan diri. Berhasil menavigasi situasi sosial atau perjalanan seorang diri akan membangun rasa percaya diri yang luar biasa.

Lebih dari itu, soloism memberikan kebebasan tanpa batas. Saat sendirian, kamulah satu-satunya pengambil keputusan, yang tentunya memberikan rasa kontrol memuaskan. Manfaat lainnya adalah koneksi yang lebih dalam dengan lingkungan. Tanpa distraksi percakapan, kamu menjadi lebih peka terhadap sekitar, lebih mudah memulai percakapan dengan orang asing, dan akhirnya mendapatkan pengalaman yang lebih otentik.

Baca Juga :  Divhumas Polri Gelar Khataman Al-Qur’an Rutin, Suasana Religius Penuhi Gedung Humas Polri

Dari Kopi Sendiri hingga Paspor Solo

Gerakan soloism ini memiliki spektrum yang luas. Ia bisa dimulai dari hal kecil seperti makan siang sendirian. Kemudian, ia bisa berkembang menjadi pengalaman lebih besar seperti menghadiri festival musik atau bahkan melakukan solo traveling ke negara lain.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pada akhirnya, soloism bukanlah tentang menjadi anti-sosial. Sebaliknya, ini adalah tentang menyeimbangkan kehidupan sosial dengan kebutuhan akan ruang pribadi. Ini adalah perayaan kemerdekaan diri dan pengakuan bahwa teman terbaik yang bisa kamu miliki, terkadang, adalah dirimu sendiri.

Penulis : Ahmad Haris Kurnia

Editor : Ahmad Haris Kurnia

Follow WhatsApp Channel www.posnews.co.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Dari Mitos Yunani Kuno Hingga Navigasi Para Pelaut
Bagaimana Musik Dapat Memperbaiki Kualitas Tidur?
Ritual Membaca Sebelum Tidur: Lebih dari Sekadar Hobi, Ini Adalah Latihan untuk Imajinasi dan Empati
Misteri Kota yang Hilang: Menelusuri Jejak Peradaban Kuno yang Lenyap Ditelan Waktu
Teater Pikiran Bawah Sadar: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Otak Saat Kita Bermimpi?
Paradoks Fermi: Di Mana Semua Alien? Menatap Langit Malam
Dialog dengan Diri Sendiri: Kekuatan Tersembunyi dari Menulis Jurnal Beberapa Menit Setiap Malam
Pelajaran dari Filsafat Stoa: Menemukan Ketenangan di Tengah Kekacauan

Berita Terkait

Selasa, 21 Oktober 2025 - 22:17 WIB

Dari Mitos Yunani Kuno Hingga Navigasi Para Pelaut

Selasa, 21 Oktober 2025 - 22:13 WIB

Bagaimana Musik Dapat Memperbaiki Kualitas Tidur?

Selasa, 21 Oktober 2025 - 22:01 WIB

Ritual Membaca Sebelum Tidur: Lebih dari Sekadar Hobi, Ini Adalah Latihan untuk Imajinasi dan Empati

Selasa, 21 Oktober 2025 - 21:51 WIB

Misteri Kota yang Hilang: Menelusuri Jejak Peradaban Kuno yang Lenyap Ditelan Waktu

Selasa, 21 Oktober 2025 - 21:45 WIB

Teater Pikiran Bawah Sadar: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Otak Saat Kita Bermimpi?

Berita Terbaru

Ilustrasi, Menatap langit malam adalah membaca buku cerita dan peta kompas tertua di dunia. Kenali kisah di balik bintang yang memandu para pelaut kuno. Dok: Istimewa.

NETIZEN

Dari Mitos Yunani Kuno Hingga Navigasi Para Pelaut

Selasa, 21 Okt 2025 - 22:17 WIB

Ilustrasi, Dari alunan lofi yang menenangkan hingga komposisi klasik yang abadi, temukan sains di balik bagaimana musik bisa menjadi resep terbaik untuk tidur nyenyak. Dok: Istimewa.

NETIZEN

Bagaimana Musik Dapat Memperbaiki Kualitas Tidur?

Selasa, 21 Okt 2025 - 22:13 WIB