JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Saat kita menaburkan lada hitam di atas makanan, kita jarang berpikir panjang. Bumbu dapur itu murah, ada di mana-mana, dan sering kita anggap sepele. Namun, butiran kecil yang kini ada di meja makan kita itu pernah menjadi komoditas paling berharga di planet ini; sebuah kemewahan yang memicu perang, melahirkan kerajaan korporat pertama, dan merobek-robek peta dunia.
Akibatnya, rasa yang kita nikmati di dapur hari ini adalah warisan langsung dari sejarah global yang transformatif sekaligus brutal. Ini adalah jejak dari kerakusan, keberanian, dan kekejaman yang tak terbayangkan.
Nilai Fantastis di Balik Rasa
Di Eropa abad pertengahan, rempah-rempah bukanlah sekadar bumbu. Selain itu, itu adalah simbol status, obat, dan pengawet. Harganya bahkan lebih mahal daripada emas. Pala, khususnya, sangat berharga. Satu pon pala di London bisa membeli beberapa ekor sapi, sementara Lada hitam sering orang gunakan untuk membayar sewa atau pajak.
Nilai yang begitu fantastastis ini kemudian memicu satu obsesi kolektif di kalangan elite Eropa: menemukan sumbernya. Selama ratusan tahun, pedagang Arab dan Venesia menguasai rute perdagangan rempah-rempah, yang menjaga lokasinya sebagai rahasia paling berharga di dunia.
Pemicu Era Penjelajahan
Oleh karena itu, pencarian ground zero rempah-rempah, yaitu “Kepulauan Rempah-Rempah” (Maluku di Indonesia), menjadi misi utama yang melahirkan Era Penjelajahan.
Christopher Columbus berlayar ke barat pada tahun 1492 dengan keyakinan ia akan menemukan rute baru ke Maluku; ia malah menemukan benua Amerika. Sementara itu, Vasco da Gama dari Portugal mengambil rute memutar yang berbahaya mengelilingi Afrika, akhirnya mencapai India pada tahun 1498 dan membuka gerbang laut langsung ke sumber kekayaan. Pencarian akan rasa inilah yang secara harfiah mendorong bangsa Eropa menggambar ulang peta dunia.
Sejarah Kelam Monopoli
Ketika bangsa Eropa menemukan lokasi itu, tujuannya bukan lagi sekadar berdagang, melainkan menguasai secara total. Di sinilah sejarah berubah menjadi kelam. Bangsa Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda segera terlibat dalam perang brutal untuk mengontrol perdagangan ini.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Puncak kekejaman terjadi di bawah Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), atau Perusahaan Hindia Timur Belanda. Sebagai contoh, untuk memonopoli pala, VOC melakukan genosida di Kepulauan Banda pada tahun 1621, membantai atau mengusir hampir seluruh populasi lokal. Mereka membangun kolonialisme, dengan segala bentuk eksploitasi dan penindasannya, di atas fondasi rasa cengkih, pala, dan lada.
Kesimpulan
Rempah-rempah di dapur kita hari ini adalah artefak sejarah. Harganya yang murah menutupi fakta bahwa ribuan nyawa telah melayang untuknya. Jejak rempah adalah pengingat bahwa komoditas yang terlihat sederhana bisa menjadi pendorong utama ekonomi global, perang, dan penjajahan. Pada akhirnya, rasa yang kita nikmati hari ini adalah warisan dari dunia yang selamanya berubah—dan rusak—karena pencarian rempah itu.
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia





















