JAKARTA, POSNEWS.CO.ID — Pernahkah Anda berada di sebuah kafe, melihat hidangan cantik tersaji di meja, namun ada jeda beberapa saat sebelum ada yang berani menyentuhnya? Semua orang sibuk mengeluarkan ponsel.
Ritualnya sudah jelas: HP dulu, baru sendok. Selamat datang di era di mana makanan tidak lagi cukup hanya enak, tetapi juga harus Instagrammable. Ini adalah fenomena global di mana mata (dan kamera) harus “kenyang” terlebih dahulu.
Kenyang Lewat Lensa
Tindakan memotret makanan sebelum makan ternyata bukan sekadar pamer. Ada psikologi menarik di baliknya. Sejumlah studi menunjukkan bahwa proses memotret makanan, terutama makanan yang kita anggap menarik, dapat meningkatkan antisipasi.
Jeda singkat untuk mengambil foto ini membangun ekspektasi. Akibatnya, saat kita akhirnya mulai makan, persepsi kita terhadap rasa makanan itu bisa ikut meningkat. Kita menjadi lebih sadar dan menghargai apa yang akan kita makan.
Estetika adalah Mata Uang
Bagi bisnis kuliner modern, fenomena ini mengubah segalanya. Plating atau seni menata piring, bukan lagi sekadar pelengkap, melainkan telah menjadi alat pemasaran utama.
Sebuah hidangan yang Instagrammable berpotensi menjadi iklan gratis yang dilihat oleh ribuan pengikut. Kafe dan restoran kini rela berinvestasi lebih pada piring cantik, pencahayaan ruang yang mendukung, dan dekorasi unik. Alasannya, pelanggan yang memotret dan mengunggahnya ke media sosial adalah tim pemasaran gratis mereka.
Makan untuk Rasa, atau Konten?
Namun, tren ini membawa sebuah kritik mendasar. Apakah kita masih makan untuk menikmati rasa, atau kita makan untuk memproduksi konten?
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Telah terjadi pergeseran fokus, dari pengalaman sensorik (rasa dan aroma) ke pengalaman visual (estetika). Implikasinya, beberapa tempat mungkin lebih mementingkan penampilan hidangan daripada kualitas rasa yang sebenarnya. Pada akhirnya, kita berhadapan dengan pertanyaan: Apakah makanan ini benar-benar enak, atau hanya terlihat enak di layar?
Penulis : Ahmad Haris Kurnia
Editor : Ahmad Haris Kurnia





















